Sabtu, 08 Oktober 2016

BARANG LOMPO

Mari kita sedikit membahas tentang pulau yang sangat terkenal dimahasiswa perikanan yang ada dimakassar














     Pulau Barrang Lompo  termasuk wilayah kecamatan Ujung Tanah, dan terletak di sebelah Barat Laut, serta berada di sebelah utara P. Barrang Caddi, memiliki jarak ± 11 km dari Makassar. Secara Geografis, pulau ini berada pada posisi 119˚19˚48” Bujur Timur dan 05˚02˚ 48” Lintang Selatan. Pulau ini memiliki penduduk lebih dari 3.000 jiwa memiliki tingkat kesejahteraan penduduk lebih dari pulau-pulau lainnya, mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan. Pada Pulau ini memiliki 2 buah dermaga (tradisional dan semi permanen), dan di pulau ini terdapat “marine field stasiun Universitas Hasanuddin”, Fasilitas umum di pulau ini cukup maju dibanding pulau lainnya, tersedia transportasi reguler dari dan ke Makassar dengan kapal biayanya Rp. 20.000,- per orang sekali jalan, sanitasi yang cukup baik, fasilitas pendidikan : 1 buah Taman Kanak-kanak (TK), dan 2 buah Sekolah Dasar. Pulau ini dilengkapi juga dengan fasilitas kesehatan berupa 1 buah Puskesmas dan sebuah lagi puskesmas pembantu dengan tenaga medis.(INFO FDC UH)  Pulau Barrang Lompo merupakan bagian dari kepulauan Spermonde, dicirikan dengan keberadaan hamparan luas terumbu karang. Tipe terumbu Pkarangnya merupakan tipe karang tepi (fringing reef). Morfologi terumbu karang Pulau Barrang Lompo mirip dengan terumbu karang Pulau Barrang Caddi, namun beberapa perbedaan antara lain panjang/lebar reef flat. Pada sisi timur depan dermaga publik, tidak terdapat terumbu karang, namun sisi timur ke arah tenggara, terumbu karang mulai ada di sebelah dermaga (milik Universitas Hasanuddin) hingga lebarnya berkisar 100 m. Ke arah tenggara – selatan, reef flat semakin lebar antara 200 – 500 m. Lebar reef flat ini cenderung konstan hingga reef bagian barat. Namun ke arah barat reef flat mulai menyempit hingga sisi utara pulau reef flat hanya selebar 200 m dari garis pantai. Sebagian besar ekosistem terumbu karang di kepulauan Spermonde dalam kondisi terancam akibat pemanfaatan sumber daya alam yang melampaui daya dukung lingkungan serta menggunakan cara-cara yang merusak seperti bom, bius, eksploitasi karang/ikan hias yang berlebihan dan lain-lain (Moll, 1983).    

    

    
Menurut sebuah penelitian bahwa ikan karang yang ada pada Pulau Barrang Lompo yang ditemukan di dominasi oleh family Pomacentridae dengan total sebanyak 25 spesies. Pada pulau ini di temukan ikan Target, ikan Mayor dan ikan Indikator. Ikan target  yang terdiri dari beberapa family yaitu Labridae, Nemipteridae, serranidae dan Siganidae. Ikan mayor terdiri dari family Labridae, Pomacentrida, Scaridae, Synodonitidae,  dan Pseudochromidae. Pada ikan indikator terdiri dari spesies Chaetodon octofasciatus dan Chaetodon kleinii.
Nah, karena pulau ini memiliki keunikan tersendiri dan sangat menarik sehingga dijadikan Potensi Wisata Selam. Untuk spot dive pulau ini memiliki beberapa lokasi yang wajib kalian selami. Pertama Spot Karang Tepi yang terletak di sebelah timur pulau sekitar 60 derajat beach entry dari dermaga UNHAS, di spot ini menyajihkan hamparan terumbu karang yang cukup bagus dan ikan-ikan yang warna warni dengan kedalaman seitar 3-6 meter. Yang Ke dua yaitu Spot Karang Tengah sejajar dengan Dermaga  UNHAS skitar kurang lebih 300 meter jaraknya yang kondisi terumbu karangnya sama dengan spot karang tepi dengan kedalaman rata-rata 10 meter. (http://regional.coremap.or.id/downloads/2010lap_status_database_terumbu_karang_sulsel.pdf)


Sabtu, 27 September 2014

RUMPUT LAUT,SELAYAR

 I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Upaya peningkatan produksi perikanan dapat ditempuh melalui usaha budidaya, baik di darat maupun di laut. Budidaya rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya di bidang perikanan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di wilayah perairan Indonesia serta memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenui kebutuhan pasar dalam dan luar negeri, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan serta menjaga kelestarian sumber hayati perairan (Aslan, M. 1998).
Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut sebagai bahan baku. Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan komoditas rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas, penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri maupun meningkatkan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja (Aslan, M. 1998).
            Peningkatan permintaan pasar rumput laut penghasil karaginan memicu perkembangan budidaya di Indonesia dengan mendatangkan bibit unggul Eucheuma cottonii. Menurut Doty (1985), Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycus
alvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Maka jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii (Doty 1986). Nama daerah ‘cottonii’ umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional.
            Rumput laut jenis ini dapat tumbuh secara alami di perairan pantai dan produksinya dapat ditingkatkan bila penanamannya dilakukan secara intensif. Usaha budidaya rumput laut telah berkembang demikian pesatnya, terutama di kawasan timur Indonesia. Budidaya rumput laut yang sudah biasa dilakukan oleh petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan metode lepas dasar (off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan antara interdal dan subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar perairan masih terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut tersebut sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya mempunyai potensi lebih besar apabila dimanfaatkan secara optimal (Indriani, H dan  Suminarsih, E. 2003).



Tujuan Dan Kegunaan
            Tujuan dilaksanakannya Kuliah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk menambah pengalaman, keterampilan dan pengetahuan mengenai metode budidaya rumput laut yang digunakan di Desa Bungaiya Kec. Bontomatene Kab. Kepulauan Selayar.
Adapun kegunaan kegiatan KKNP ini adalah dapat menambah wawasan keilmuan mengenai Metode Budidaya Rumput Laut, sehingga penulis nantinya dapat menerapkan atau mengaplikasikan semua ilmu yang telah didapat dan mempraktekkannya dalam upaya pengembangan Budidaya Rumput Laut Euchema cottonii.














II. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
A. Kondisi Geografis
Desa Bungaiya yang terletak ujung Utara Pulau Selayar yang merupakan salah satu desa dalam wilayah administratif Kecamatan Bontomatene Kabupaten Selayar dengan jarak antara Desa Bungaiya dengan ibukota Batangmata adalah 13 Km dan sedangkan jarak dengan ibukota Kabupaten (Benteng) dalah 36 Km.
Batas-batas Des Bungaiya dengan desa lain masing-masing adalah:
a)    Sebelah Utara berbatasan dengan selat Selayar.
b)    Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pamatat, Desa tanete dan Desa Kayu Bau.
c)    Sebelah Selatan berbatasan dengan berbatasan dengan Barat Lambongan.
d)    Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores.

Luas wilayah daratan Desa Bungaiya secara keseluruhan mencapai 5.830 Ha, dan secara administratif pemerintahan terbagi menjadi 5 buah dusun masing-masing:
-       Dusun Tajuia
-       Dusun Polong
-       Dusun Kassa Bumbung
-       Dusun Jenekikki
Berdasarkan pengkategorian tipologi wilayah, Desa Bungaiya masuk kategori desa pesisir/pantai dengan topografi berbatu.
B.  Kondisi Perekonomian
Perekonomian Desa Bungaiya bertumpu pada beberapa sektor/sub sektor antara lain: Pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan serta jasa perdagangan (meliputi; jasa perdagangan, jasa angkutan).
Luas lahan pertanian menurut komodititas tanaman pangan di Desa Bungaiya masing-masing adalah: tanaman jagung seluas 125 Ha. Sedangkan jumlah rumah tangga yang bergerak di bidang pertanian tanaman pangan adalah sebanyak 260 rumah tangga. Pertanian dengan kepemilikan lhan masing-masing adalah lebih dari 1.0 ha per rumah tangga pertanian. Terdapat pula jenis komoditi buah-buahan seperti mangga untuk perkebunan terdapat luas lahan tanaman kelapa sebesar 88 Ha, dengan tingkat produktifitas sebesar 1 ton/Ha. Sedangkan untuk jumlh rumah tangga yang memiliki tanah perkebunan sebanyak 678 RTP. Untuk bidang kehutanan, luas kepemilikan lahan sebesar 3.250 Ha, merupakan milik adat/masyarakat adat.
Selain itu masyarakat Desa Bungaiya juga mengusahakan beberapah komoditi peternakan, jenis dan jumlah populasi ternak yang dimiliki Desa Bungaiya masing-masing adalah: ternak sapi sebanyak 252 ekor, ternak ayam sebanyak 3.989 ekor, serta ternak kambing sebanyak 10.246 ekor, untuk luas lahan tanaman pakan ternak sebesar 390 Ha. Produksi hasil peternakan seperti telur sebanyak 950 Kg/tahun. Sedangkan masyarakat yang berprofesi  sebagai peternak adalah sebanyak 95 orang.
C. Kondisi Sosial Budaya
Penduduk Desa Bungaiya adalah sebanyak 1.785 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 833 orang dan perempuan sebanyak 952 orang dengan jumlah kepala keluarga 543 KK. Berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat Desa Bungaiya terdiri dari : sebanyak 61 orang belum bersekolah ,sebanyak 156 orang pernah sekolah tapi tidak tamat SD,sebanyak 63 orang tamat SMP,sebanyak 102 tamat SMA,sebanyak 6 orang tamat pendidikan Diploma serta banyak11 orang yang tamat pendidikan sarjana strata 1 [S1]. Masyarkat usia kerja [15-55 tahun] di Desa Bungaiya adalah sebanyak 1.170 orang sedangkan masyarakat yang bekerja berjumlah 458 orang. Sedangkn dari segi mata pencarian masyarakat Desa Bungaiya beranaka ragam, terdiri dari : sebanyak 260 orang merupakan petani, sebanyak 24 orang terdaftar sebagai pengawai negri sipil , sebanyak 56 orang sebagai pengrajin, sebanyak 56 orang sebagai pedagang, 95 orang sebagai peternak, sebanyak 246 orang nelayan, sebanyak 1 orang montir, sebanyak 1 orang sebagai dokter, penjahit sebanyak 4 orang, sopir sebanyak 5 orang, kontraktor sebanyak 2 orang, dan tukang kayu sebanyak 14 orang, serta tukang batu sebanyak 10 orang.
D. Kondisi Sarana dan Prasarana
Sarana dan prsarana yang ada di Desa Bungaiya secara umum masih belum memadai, antara lain jalan Desa yang kebanyakan di antaranya dalam kondisi rusak. Terdapat pula jalan tanah yang saat ini kondisinya dalam keadaan rusak.
Adapun sarana dan prasarana di Desa Bungaiya dapat dilihat pada tabel berikut:
Sarana dan Prasarana
Jumlah
Pustu
1 buah
Posyandu
3 buah
SD
5 buah
TK
2 buah
Mesjid
7 buah
Mushallah
2 buah
Lapangan sepak Bola
1 buah
Sumur
60 buah
MCK
87 unit

E. Sejarah Singkat Kegiatan Akuakultur
Awal dimulai usaha budidaya rumput laut milik bapak Syamsuddin adalah pada tahun 2005 dengan bantuan modal dari Ibu Sitti Nurbaya. Budidaya rumput laut di Desa Bungaiya sebenarnya telah lama ingin dilakukan namun selalu tidak berhasil atau mengalami gagal panen, hingga pada akhirnya pada tahun 2005 pada musim barat terdapat bibit rumput laut yang terdampar. Bibit yang terdampar itu mulai dibudidayakan dan ternyata hasil pertumbuhannya cukup bagus, sejak saat itulah bapak Syamsuddin mulai melakukan usaha budidaya rumput laut hingga sekarang. Sejak tahun 2010 Bapak Syamsuddin bergabung dalam kelompok budidaya rumput laut Toru I dan  memperoleh bantuan berupa sarana dan prasarana pengembangan usaha budidaya rumput laut dari Dinas Kelautan dan Perikanan melalui APBD II dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan serta pada tahun 2012 mendapat bantuan Langsung Masyarakat melaui program Pengembangun Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP – PB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (PUMP) .Pada tahun 2013 bulan Mei Bapak Syamsuddin sebagai salah satu anggota kelompok Toru I pembudidaya rumput laut memperoleh bantuan dana dari Dinas Kelautan dan Perikanan.Untuk menjalankan usaha ini agar tetap maksimal, bapak Syamsuddin  merekrut beberapa orang sebagai tenaga kerja.

F. Struktur Organisasi Kelompok Tani Pembudidaya Rumput laut
Pada suatu perusahaan masing-masing karyawan memiliki batas kewenangannya. Karena untuk menjamin kelancaran kerja perusahaan, mutlak diperlukan adanya pembagian tugas, tanggung  jawab, dan wewenang secara jelas. Pembagian ini diperoleh melalui struktur dan bagan organisasi yang baik dalam suatu perusahaan.  Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko (1984) bahwa dengan adanya organisasi maka seringkali di dalam melakukan pekerjaan, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing bagian dapat diatasi.
Umumnya struktur organisasi yang memuaskan haruslah sederhana, sejauh kesederhanaan itu menguntungkan dari sudut pandang ekonomi, struktur organisasi harus fleksibel sehingga dapat mengalami perubahan sesuai kondisi dalam perusahaan.  
Pada usaha yang dijalankan oleh bapak Syamsuddin masih tergolong usaha yang berskala kecil di lihat dari aktivitas produksinya dan banyaknya pekerja yang dipekerjakan sesuai dengan kemampuan masing-masing pekerja.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukanto (1984) bahwa organisasi fungsional merupakan suatu organisasi dimana masing-masing fungsi dipegang oleh orang yang ahli dalam bidangnya, sehingga terdapat keserasian antara tugas dan keahliannya. Adapun stuktur organisasi fungsional yang sederhana, dimana struktur organisasi tersebut dapat menunjukkan hubungan antara fungsi dan tanggung jawab masing-masing bagian. 



Adapun struktur organisasi kelompok pembudidaya rumput laut Toru I adalah sebagai berikut :
Ketua Kelompok
Rahman
Anggota 1 Syamsuddin
Ang.2
Ang.8
Ang.3
Ang.4
Ang.5
Ang.6
Ang.7
Ang.2
Ang.2
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
 






Gambar 1. Struktur organisasi

G. STATUS MITRA
Ø  Alasan Memilih Mitra
            Kegiatan Budidaya Rumput Laut di desa Bungaiya memiliki mitra, karena kelompok tani atau pembudidaya rumput laut dinaungi oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan, Kab Kepulauan Selayar. Dimana dalam kegiatan praktek kerja lapang ini kami di bimbing langsung oleh pembimbing lapangan bapak Asrul Hasan S.Pi dengan dua orang mitra petani rumput laut yang berbeda dengan lokasi yang sama yaitu bapak Syamsuddin dan ibu Sitti Nurbaya.
Bapak syamsuddin dan ibu Sitti nurbaya dan kelompok tani lainnya telah lama membudidayakan rumput laut sejak tahun 2005 ketika mereka mendapatkan rumput laut yang terdampar dari situlah mereka mulai membudidayakan rumput laut dan ternyata mereka menganggap bahwa rumput laut itu adalah salah satu jenis komoditi yang sangat bernilai ekonomis.
.Untuk menjalankan usaha ini agar tetap maksimal, bapak Syamsuddin  merekrut beberapa orang sebagai tenaga kerja begitupun sama halnya dengan kelompok tani yang laiinya dan sampai sekarang mereka masih tetap membudidayakan rumput laut karena mereka telah banyak mendapatkan hasil yang cukup memuaskan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jadi, itulah alasan kami memilih kedua mitra ini yaitu bapak Syamsuddin dan ibu Sitti nurbaya. Karena sama-sama memiliki usaha rumput laut yang terbilang cukup sukses dari pada para petani rumput laut yang lainnya di lingkungan Toru 1, Desa Bungaiya.

Ø  Teknik Budidaya yang Diterapkan
            Teknik budidaya  yang diterapkan  pada kegiatan budidaya rumput laut di Desa Bungaiya yaitu metode longline, akan tetapi pemikiran masyarakat pembudidaya saat ini belum memadai sehingga masih dibutukan program pembinaan peningkatan kapasitas masyarakat pesisir.

Ø  Kelemahan Dan Keuntungan
            Adapun kelemahan dan keuntungan metode yang diterapkan yaitu pemeliharaan secara tradisional yang dilakukan di laut lepas. Pemeliharaan ini menggunakan metode long line.
III. METODE PRAKTEK
Waktu Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan, mulai bula juni sampai agustus 2013 , yang berlokasi pada usaha budidaya rumput laut bapak Syamsuddin Anggota Kelompok Toru I di Desa Bungaiya Kec. Bontomatene Kab. Kepulauan Selayar.
Metode kerja yang dilakukan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan cara turun langsung / berpartisipasi aktif pada kegiatan budidaya rumput laut seperti pengikatan bibit, penurunan penanaman bibit dilokasi dan pengeringan hasil panen serta melakukan wawancara dengan pemilik/pembudidaya, pekerja ataupun pihak-pihak terkait pada usaha budidaya rumput laut tersebut.

Kegiatan Yang Dilaksanakan
Kegiatan yang dilaksanakan selama Kuliah Kerja Nyata Profesi (KKNP) mengenai Metode Long Line Budidaya Rumput Laut diantaranya :
1.    Observasi
            Memantau lokasi PKL dan mengikuti serta mengerjakan langsung kegiatan PKL di  lokasi kelompok tani yang ada di Desa Bungaiya .
2. Pemotongan tali bentangan
3. Pemilihan bibit rumput laut
4. Pengikatan rumput laut
5. Pemasangan bibit yang telah di ikat pada tali bentangan.
6. Pengangkutan bibit ke lokasi budidaya
7. Rentangkan tali bentang kemudian ikatkan pada tali bentang di tali utama dikedua ujungnya dengan jarak masing-masing tali bentang sekitar 40cm.
8. Setelah tali bentagan diikat semua maka ikatkan pelampung botol plastik bekas pada tali Bentang, sebanyak 6 buah/bentang
9. Menyisipan rumput laut yang hilang dalam setiap ikatan
10. Membersihkan rumput laut serta tali rumput laut dan konstruksi dari kotoran
11. Panen
12. Pengeringan
Dalam usaha budidaya rumput laut menggunakan metode long line, perawatan rumput laut adalah sangat penting. Kegiatan perawatan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.   Membersihkan rumput laut dari kotoran yang melekat, endapan atau tumbuhan lain yang menempel;
2.   Mengganti rumput laut yang rusak dengan rumput laut yang baru atau rumput laut yang pertumbuhannya baik;
3.   Memperbaiki tali-tali yang lepas atau putus.





IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
Ø  Budidaya Rumput Laut
Budidaya rumput laut dengan metode long line berlokasi di Desa Bugaiya, Kecamatan Bontomatene,Kabupaten Kepulauan selayar, dengan kedalaman perairan berkisar ± 20 meter, berdasar pasir berkarang, kecepatan arus 16cm/detik, perairan jernih, suhu rata-rata perairan 29oC diukur dengan menggunakan thermometer dan salinitas 31 ppt  diukur dengan menggunakan handrefraktometer. Media menggunakan tali bentangan nomor. 0,4 dan 0,6 mm sebagai tali ris dan untuk pengikat bibit digunakan tali nomor 0,1 mm, tali utama dan jangkar digunakan tali nomor 10 atau 20 mm. Luas lahan budidaya rumput laut jenis Euchema cottonii adalah 20 x 100 m, setiap 20 m diberi pelampung utama yang terbuat dari styrofoam dan jarak tiap meternya diberi pelampung berupa botol-botol plastic. Dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar.2  Konstruksi Metode Long Line


Ø  Penanaman Bibit Rumput Laut
Kegiatan penanaman untuk metode long line, penanaman diawali dengan mengikat rumput laut (bibit). Tiap bentang ikatan bibit dengan jarak antar bibit pada tiap tali bentang 8 minimal 20 cm, dengan berat bibit ± 2 gr/ikat. Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, dilakukan ditepi pantai di bawah pohon atau di kolom rumah yang disiapkan. Panjang tali bentang 20 m yang siap di tanam, sedangkan jarak antara bentangan satu dengan lainnya yakni 50 - 100 cm. Untuk mengapungkan rumput laut ikat pelampung dengan botol bekas air mineral botol aqua 500 ml. Ikatan pelampung-pelampung tersebut dengan tali penghubung ke tali bentangan sepanjang 10 cm agar rumput laut tidak mengapung dipermukaan dan rumput laut diupayakan tetap berada pada kedalaman 15 cm di bawah permukaan air. Setelah selesai mengikat  rumput laut maka tali bentang yang sudah semua berisi rumput laut tersebut, langsung dibawah ke lokasi budidaya, diikatkan pada tali utama yang telah tersedia.
Ø  Proses Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana  budidaya dan rumput lautnya. Apabila ada kerusakan tali jangkar, tali bentang dan tali utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang.
Pada proses pemeliharaan rumput laut, maka dilakukan pula pembersihan rumput laut dari kotoran  melekat  endapan atau tumbuhan lain yang menempel,  mengganti rumput laut yang rusak dengan rumput laut yang baru atau rumput laut yang pertumbuhannya baik. Pembersihan kotoran dan lumut yang melekat pada rumput laut harus dibersihkan 2 kali seminggu, karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga proses fotosintesis pada rumput laut tersembut berkurang. Apabila proses fotosintesis tidak terjadi secara maksimal dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut akan terhambat.
Ø  Pemanenan
Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pascapanen harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan.
Rumput laut berumur 20 - 25 hari dipanen untuk persiapan dijadikan bibit karena pada saat itu rumput laut belum terlalu tua. Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan maka sebaiknya pemanenan dilakukanpada saat rumput tersebut berumur 45 atau lebih karena pada umur tersebut kandungan karaginan cukup tersedia. Jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca cerah untuk mempermudah dalam proses penjemuran.
Pembudidaya yang memiliki usaha dalam jumlah besar hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara melepaskan tali bentangan yang berisikan rumput laut siap panen. Rumput laut tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok atas direntangkan sehingga membentuk huruf Y. Setelah itu satu sampai dua ujung dari tali bentangan  yang berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan keantara kedua patok tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur.
Ø  Pengeringan
  Penjemuran sebaiknya dilakukan selama 2 - 3 hari pada cuaca cerah(apabila cuaca mendung maka penjemuran dapat dilakukan lebih dari 3 hari).
Panen dilakukan setelah rumput laut dipelihara selama ± 45 hari. Panen dilakukan dengan cara mengangkat seluruh rumput laut, sedangkan pelepasan rumput laut dari tali bentangan dilakukan di darat. Penanaman kembali dilakukan dengan memilih bagian ujung rumput laut yang masih muda dan bagian pangkal rumput laut yang merupakan bagian yang tua dikeringkan karena memiliki kandungan karaginan yang tinggi.jika sekiranya bibit telah menacapi ukuran panen pada tiap satuan bentang dengan berat±50kg/bentangandengan hasil panen rumput laut basah ± 12.500kg (asumsi± 20 gr/ikat bibit menjadi  saat panen), kemudian di kurangi dengan persediaan benih untuk musim tanam berikutnya sebanyak 1.250 kg. Maka hasil panen basah yang siap untuk dikeringkan sebesar ±10.000 kg.
            Penjemuran rumput laut ini menggunakan alas berupa bambu dan waring untuk menghindari tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir atau kerikil dan lain-lain. Setelah kering dan bersih dari segala macam kotoran maka rumput laut dimasukkan kedalam karung plastik untuk kemudian siap dijual atau disimpan di gudang. Proses penjemuran dan penyimpanan sangat perlu mendapat perhatian, karena meskipun hasil panennya baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik maka akan mengurangi kualitas rumput laut.







V. PENUTUP
Kesimpulan
Budidaya Rumput Laut Euchema cottoni dengan menggunakan metode long line yang diterapkan di Desa Bungaiya telah lama dilakukan. Budidaya rumput laut yang dilakukan sekitar 45 hari dengan penebaran 1.250 kg akan mengahasilkan panen sekitar 10.000 kg berat basah. Penjemuran yang dilakukan oleh pembudidaya petani rumput laut menggunakan bambu yang beralaskan waring hitam dan ada pula yang masih berhubungan langsung dengan tanah yang hanya beralaskan waring hitam

Saran
            Sebaiknya perlu dilakukan pembinaan dalam peningkatan kapasitas masyarakat baik dari segi teknis budidaya maupun dari segi penjemuran untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas rumput laut.











DAFTAR PUSTAKA
Aslan, LM.  2011.  Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Budidaya.  Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.  UNHALU.  Kendari.
Aslan,L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Doty MS. 1985. Eucheuma alvarezii sp.nov (Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia.
Doty, M.S. 1987. Case study of seven commercial seaweed resources. FAO, Rome.
Indriani, H dan  Suminarsih, E. 2003. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Indriani, H., dan Sumiarsih, E. 1991. Rumput Laut. Penebar Swadaya.  Jakarta.



BARANG LOMPO

Mari kita sedikit membahas tentang pulau yang sangat terkenal dimahasiswa perikanan yang ada dimakassar       Pulau Barrang Lompo  terma...