I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya
peningkatan produksi perikanan dapat ditempuh melalui usaha budidaya, baik di
darat maupun di laut. Budidaya rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya
di bidang perikanan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di wilayah
perairan Indonesia serta memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan
produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenui
kebutuhan pasar dalam dan luar negeri, memperluas lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan nelayan dan petani ikan serta menjaga kelestarian sumber hayati
perairan (Aslan, M. 1998).
Dengan
semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri,
maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut sebagai bahan baku.
Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena
selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan
baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan komoditas rumput laut memiliki
prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang
pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas,
penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri
maupun meningkatkan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja (Aslan, M. 1998).
Peningkatan permintaan pasar rumput
laut penghasil karaginan memicu perkembangan budidaya di Indonesia dengan
mendatangkan bibit unggul Eucheuma cottonii. Menurut Doty (1985), Eucheuma
cottonii merupakan salah satu jenis rumput
laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycus
alvarezii karena karaginan yang dihasilkan
termasuk fraksi kappa-karaginan. Maka
jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii (Doty 1986). Nama daerah ‘cottonii’ umumnya
lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional.
Rumput laut jenis ini dapat tumbuh
secara alami di perairan pantai dan produksinya dapat ditingkatkan bila
penanamannya dilakukan secara intensif. Usaha budidaya rumput laut telah
berkembang demikian pesatnya, terutama di kawasan timur Indonesia. Budidaya
rumput laut yang sudah biasa dilakukan oleh petani/nelayan adalah dengan
menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan metode lepas dasar
(off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan
antara interdal dan subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar perairan
masih terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif
dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut
tersebut sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia
pada waktu surut terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu
adanya metode lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam
yang selama ini kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya mempunyai potensi lebih
besar apabila dimanfaatkan secara optimal (Indriani, H dan Suminarsih, E. 2003).
Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya Kuliah Praktek
Kerja Lapang (PKL)
ini adalah untuk menambah
pengalaman, keterampilan dan pengetahuan mengenai metode budidaya rumput laut
yang digunakan di Desa Bungaiya Kec. Bontomatene Kab. Kepulauan Selayar.
Adapun
kegunaan kegiatan KKNP ini adalah dapat menambah wawasan keilmuan mengenai
Metode Budidaya Rumput Laut, sehingga penulis nantinya dapat menerapkan atau
mengaplikasikan semua ilmu yang telah didapat dan mempraktekkannya dalam upaya
pengembangan Budidaya Rumput Laut Euchema cottonii.
II. KEADAAN
UMUM LOKASI PRAKTEK
A. Kondisi Geografis
Desa Bungaiya yang
terletak ujung Utara Pulau Selayar yang merupakan salah satu desa dalam wilayah
administratif Kecamatan Bontomatene Kabupaten Selayar dengan jarak antara Desa
Bungaiya dengan ibukota Batangmata adalah 13 Km dan sedangkan jarak dengan
ibukota Kabupaten (Benteng) dalah 36 Km.
Batas-batas Des Bungaiya dengan desa lain masing-masing
adalah:
a)
Sebelah Utara berbatasan dengan selat Selayar.
b)
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pamatat, Desa tanete
dan Desa Kayu Bau.
c)
Sebelah Selatan berbatasan dengan berbatasan dengan Barat
Lambongan.
d)
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores.
Luas wilayah daratan Desa Bungaiya secara keseluruhan mencapai 5.830 Ha,
dan secara administratif pemerintahan terbagi menjadi 5 buah dusun
masing-masing:
-
Dusun Tajuia
-
Dusun Polong
-
Dusun Kassa Bumbung
-
Dusun Jenekikki
Berdasarkan pengkategorian tipologi wilayah, Desa
Bungaiya masuk kategori desa pesisir/pantai dengan topografi berbatu.
B. Kondisi Perekonomian
Perekonomian Desa Bungaiya bertumpu pada beberapa sektor/sub sektor antara
lain: Pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan
serta jasa perdagangan (meliputi; jasa perdagangan, jasa angkutan).
Luas lahan pertanian menurut
komodititas tanaman pangan di Desa Bungaiya masing-masing adalah: tanaman
jagung seluas 125 Ha. Sedangkan jumlah rumah tangga yang bergerak di bidang
pertanian tanaman pangan adalah sebanyak 260 rumah tangga. Pertanian dengan
kepemilikan lhan masing-masing adalah lebih dari 1.0 ha per rumah tangga
pertanian. Terdapat pula jenis komoditi buah-buahan seperti mangga untuk
perkebunan terdapat luas lahan tanaman kelapa sebesar 88 Ha, dengan tingkat
produktifitas sebesar 1 ton/Ha. Sedangkan untuk jumlh rumah tangga yang
memiliki tanah perkebunan sebanyak 678 RTP. Untuk bidang kehutanan, luas
kepemilikan lahan sebesar 3.250 Ha, merupakan milik adat/masyarakat adat.
Selain itu masyarakat Desa Bungaiya
juga mengusahakan beberapah komoditi peternakan, jenis dan jumlah populasi
ternak yang dimiliki Desa Bungaiya masing-masing adalah: ternak sapi sebanyak
252 ekor, ternak ayam sebanyak 3.989 ekor, serta ternak kambing sebanyak 10.246
ekor, untuk luas lahan tanaman pakan ternak sebesar 390 Ha. Produksi hasil
peternakan seperti telur sebanyak 950 Kg/tahun. Sedangkan masyarakat yang
berprofesi sebagai peternak adalah
sebanyak 95 orang.
C. Kondisi Sosial
Budaya
Penduduk Desa Bungaiya adalah
sebanyak 1.785 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 833 orang dan
perempuan sebanyak 952 orang dengan jumlah kepala keluarga 543 KK. Berdasarkan
tingkat pendidikan masyarakat Desa Bungaiya terdiri dari : sebanyak 61 orang
belum bersekolah ,sebanyak 156 orang pernah sekolah tapi tidak tamat SD,sebanyak
63 orang tamat SMP,sebanyak 102 tamat SMA,sebanyak 6 orang tamat pendidikan
Diploma serta banyak11 orang yang tamat pendidikan sarjana strata 1 [S1].
Masyarkat usia kerja [15-55 tahun] di Desa Bungaiya adalah sebanyak 1.170 orang
sedangkan masyarakat yang bekerja berjumlah 458 orang. Sedangkn dari segi mata
pencarian masyarakat Desa Bungaiya beranaka ragam, terdiri dari : sebanyak 260
orang merupakan petani, sebanyak 24 orang terdaftar sebagai pengawai negri sipil , sebanyak 56 orang
sebagai pengrajin, sebanyak 56 orang sebagai pedagang, 95 orang sebagai
peternak, sebanyak 246 orang nelayan, sebanyak 1 orang montir, sebanyak 1 orang
sebagai dokter, penjahit sebanyak 4 orang, sopir sebanyak 5 orang, kontraktor
sebanyak 2 orang, dan tukang kayu sebanyak 14 orang, serta tukang batu sebanyak
10 orang.
D. Kondisi
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prsarana yang
ada di Desa Bungaiya secara umum masih belum memadai, antara lain jalan Desa
yang kebanyakan di antaranya dalam kondisi rusak. Terdapat pula jalan tanah
yang saat ini kondisinya dalam keadaan rusak.
Adapun
sarana dan prasarana di Desa Bungaiya dapat dilihat pada tabel berikut:
Sarana dan Prasarana
|
Jumlah
|
Pustu
|
1 buah
|
Posyandu
|
3 buah
|
SD
|
5 buah
|
TK
|
2 buah
|
Mesjid
|
7 buah
|
Mushallah
|
2 buah
|
Lapangan sepak Bola
|
1 buah
|
Sumur
|
60 buah
|
MCK
|
87 unit
|
E. Sejarah Singkat
Kegiatan Akuakultur
Awal dimulai usaha
budidaya rumput laut milik bapak Syamsuddin adalah pada tahun 2005 dengan bantuan
modal dari Ibu Sitti Nurbaya. Budidaya rumput laut di Desa Bungaiya sebenarnya
telah lama ingin dilakukan namun selalu tidak berhasil atau mengalami gagal
panen, hingga pada akhirnya pada tahun 2005 pada musim barat terdapat bibit
rumput laut yang terdampar. Bibit yang terdampar itu mulai dibudidayakan dan
ternyata hasil pertumbuhannya cukup bagus,
sejak saat itulah bapak Syamsuddin mulai melakukan usaha budidaya rumput laut
hingga sekarang. Sejak tahun 2010 Bapak Syamsuddin bergabung
dalam kelompok budidaya rumput laut Toru I dan memperoleh bantuan berupa sarana dan prasarana
pengembangan usaha budidaya rumput laut dari Dinas Kelautan dan Perikanan
melalui APBD II dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan serta
pada tahun 2012 mendapat bantuan Langsung Masyarakat melaui program
Pengembangun Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP – PB) Kementerian
Kelautan dan Perikanan (PUMP) .Pada tahun 2013
bulan Mei Bapak Syamsuddin sebagai salah satu anggota kelompok Toru I
pembudidaya rumput laut memperoleh bantuan dana dari Dinas Kelautan dan
Perikanan.Untuk menjalankan usaha ini agar tetap
maksimal, bapak Syamsuddin merekrut
beberapa orang sebagai tenaga kerja.
F. Struktur Organisasi Kelompok Tani Pembudidaya Rumput laut
Pada suatu perusahaan masing-masing
karyawan memiliki batas kewenangannya. Karena untuk menjamin kelancaran kerja
perusahaan, mutlak diperlukan adanya pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara jelas. Pembagian
ini diperoleh melalui struktur dan bagan organisasi yang baik dalam suatu
perusahaan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Handoko (1984) bahwa dengan adanya organisasi maka seringkali di dalam
melakukan pekerjaan, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing bagian dapat
diatasi.
Umumnya struktur organisasi yang
memuaskan haruslah sederhana, sejauh kesederhanaan itu menguntungkan dari sudut
pandang ekonomi, struktur organisasi harus fleksibel sehingga dapat mengalami
perubahan sesuai kondisi dalam perusahaan.
Pada usaha yang dijalankan oleh bapak
Syamsuddin masih tergolong usaha yang berskala kecil di lihat dari aktivitas
produksinya dan banyaknya pekerja yang dipekerjakan sesuai dengan kemampuan
masing-masing pekerja.
Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sukanto (1984) bahwa organisasi fungsional merupakan suatu organisasi dimana
masing-masing fungsi dipegang oleh orang yang ahli dalam bidangnya, sehingga
terdapat keserasian antara tugas dan keahliannya. Adapun stuktur organisasi
fungsional yang sederhana, dimana struktur organisasi tersebut dapat
menunjukkan hubungan antara fungsi dan tanggung jawab masing-masing
bagian.
Adapun struktur organisasi kelompok
pembudidaya rumput laut Toru I adalah sebagai berikut :
Ketua Kelompok
Rahman
Gambar 1. Struktur organisasi
G. STATUS
MITRA
Ø
Alasan Memilih Mitra
Kegiatan Budidaya Rumput Laut di
desa Bungaiya memiliki
mitra, karena kelompok tani
atau pembudidaya rumput laut dinaungi oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan, Kab
Kepulauan Selayar. Dimana dalam kegiatan praktek kerja lapang ini kami di
bimbing langsung oleh pembimbing lapangan bapak Asrul
Hasan S.Pi dengan dua orang mitra petani rumput laut yang berbeda dengan lokasi
yang sama yaitu bapak
Syamsuddin dan ibu Sitti Nurbaya.
Bapak syamsuddin dan ibu Sitti
nurbaya dan kelompok tani lainnya telah lama membudidayakan rumput laut sejak
tahun 2005 ketika mereka mendapatkan rumput laut yang terdampar dari situlah
mereka mulai membudidayakan rumput laut dan ternyata mereka menganggap bahwa
rumput laut itu adalah salah satu jenis komoditi yang sangat bernilai ekonomis.
.Untuk menjalankan
usaha ini agar tetap maksimal, bapak Syamsuddin
merekrut beberapa orang sebagai tenaga kerja begitupun sama
halnya dengan kelompok tani yang laiinya dan sampai sekarang mereka masih tetap
membudidayakan rumput laut karena mereka telah banyak mendapatkan hasil yang
cukup memuaskan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jadi, itulah alasan kami memilih
kedua mitra ini yaitu bapak Syamsuddin dan ibu Sitti nurbaya. Karena sama-sama
memiliki usaha rumput laut yang terbilang cukup sukses dari pada para petani
rumput laut yang lainnya di lingkungan Toru 1, Desa Bungaiya.
Ø Teknik
Budidaya yang Diterapkan
Teknik
budidaya yang diterapkan pada kegiatan budidaya rumput laut di Desa Bungaiya yaitu metode longline, akan tetapi pemikiran masyarakat pembudidaya
saat ini belum memadai sehingga masih dibutukan program pembinaan peningkatan
kapasitas masyarakat pesisir.
Ø Kelemahan
Dan Keuntungan
Adapun
kelemahan dan keuntungan metode yang diterapkan yaitu pemeliharaan secara
tradisional yang dilakukan di laut lepas. Pemeliharaan ini menggunakan metode
long line.
III. METODE PRAKTEK
Waktu Pelaksanaan
Praktek
Kerja Lapang (PKL) ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan, mulai bula
juni sampai agustus 2013 , yang berlokasi pada usaha budidaya rumput laut bapak
Syamsuddin Anggota Kelompok Toru I di Desa Bungaiya Kec. Bontomatene Kab.
Kepulauan Selayar.
Metode
kerja yang dilakukan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan cara turun
langsung / berpartisipasi aktif pada kegiatan budidaya rumput laut seperti
pengikatan bibit, penurunan penanaman bibit dilokasi dan pengeringan hasil
panen serta melakukan wawancara dengan pemilik/pembudidaya, pekerja ataupun
pihak-pihak terkait pada usaha budidaya rumput laut tersebut.
Kegiatan Yang Dilaksanakan
Kegiatan
yang dilaksanakan selama Kuliah Kerja Nyata Profesi (KKNP) mengenai Metode Long
Line Budidaya Rumput Laut diantaranya :
1.
Observasi
Memantau lokasi PKL dan
mengikuti serta mengerjakan langsung kegiatan PKL di lokasi kelompok tani yang ada di Desa Bungaiya .
2. Pemotongan tali bentangan
3. Pemilihan bibit rumput
laut
4. Pengikatan rumput laut
5. Pemasangan bibit yang telah di ikat pada tali bentangan.
6. Pengangkutan bibit ke lokasi budidaya
7. Rentangkan tali bentang
kemudian ikatkan pada tali bentang di tali utama dikedua ujungnya dengan jarak
masing-masing tali bentang sekitar 40cm.
8. Setelah tali bentagan
diikat semua maka ikatkan pelampung botol plastik bekas pada tali Bentang,
sebanyak 6 buah/bentang
9. Menyisipan rumput laut
yang hilang dalam setiap ikatan
10. Membersihkan rumput laut
serta tali rumput laut dan konstruksi dari kotoran
11. Panen
12. Pengeringan
Dalam usaha budidaya rumput laut menggunakan metode
long line, perawatan rumput laut adalah sangat penting. Kegiatan perawatan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Membersihkan rumput laut dari kotoran yang melekat,
endapan atau tumbuhan lain yang menempel;
2. Mengganti rumput laut yang rusak dengan rumput laut
yang baru atau rumput laut yang pertumbuhannya baik;
3. Memperbaiki tali-tali yang
lepas atau putus.
IV. HASIL
PELAKSANAAN KEGIATAN
Ø Budidaya Rumput Laut
Budidaya rumput laut dengan metode
long line berlokasi di Desa Bugaiya, Kecamatan Bontomatene,Kabupaten Kepulauan selayar, dengan kedalaman perairan berkisar ± 20
meter, berdasar pasir berkarang, kecepatan arus 16cm/detik, perairan jernih, suhu
rata-rata perairan 29oC diukur dengan menggunakan thermometer dan
salinitas 31 ppt diukur dengan
menggunakan handrefraktometer. Media menggunakan tali bentangan nomor. 0,4 dan 0,6
mm sebagai tali ris dan untuk pengikat bibit
digunakan tali nomor 0,1 mm, tali utama dan jangkar digunakan tali nomor
10 atau 20 mm. Luas lahan budidaya rumput laut jenis Euchema cottonii adalah
20 x 100 m, setiap 20 m diberi pelampung utama yang terbuat dari styrofoam dan
jarak tiap meternya diberi pelampung berupa botol-botol plastic. Dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar.2 Konstruksi Metode Long Line
Ø Penanaman Bibit Rumput Laut
Kegiatan penanaman untuk
metode long line, penanaman diawali dengan mengikat rumput laut (bibit). Tiap bentang ikatan bibit dengan jarak antar
bibit pada tiap tali bentang 8 minimal 20 cm, dengan berat bibit ± 2 gr/ikat. Pengikatan bibit rumput laut harus
dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, dilakukan
ditepi pantai di bawah pohon atau di kolom rumah yang disiapkan. Panjang tali bentang 20 m yang siap di tanam, sedangkan jarak antara bentangan satu dengan
lainnya yakni 50 - 100 cm. Untuk mengapungkan rumput laut ikat pelampung
dengan botol bekas air mineral botol aqua 500 ml. Ikatan pelampung-pelampung tersebut dengan tali
penghubung ke tali bentangan
sepanjang 10 cm agar rumput laut tidak mengapung dipermukaan dan rumput laut
diupayakan tetap berada pada kedalaman 15 cm
di bawah permukaan air. Setelah
selesai
mengikat rumput laut maka tali bentang
yang sudah semua berisi rumput laut
tersebut, langsung dibawah ke lokasi budidaya, diikatkan pada tali utama
yang telah tersedia.
Ø Proses Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus
konstruksi sarana budidaya dan rumput
lautnya. Apabila ada kerusakan tali jangkar, tali bentang dan tali utama yang
disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan
baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang.
Pada proses
pemeliharaan rumput laut, maka dilakukan pula pembersihan rumput laut dari
kotoran melekat endapan atau tumbuhan lain yang menempel, mengganti rumput
laut yang rusak dengan rumput laut yang baru atau rumput laut yang
pertumbuhannya baik. Pembersihan
kotoran dan lumut yang melekat pada rumput laut harus dibersihkan 2 kali
seminggu, karena menghalangi sinar matahari yang
masuk sehingga proses
fotosintesis pada rumput laut tersembut berkurang. Apabila proses fotosintesis
tidak terjadi secara maksimal dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut akan terhambat.
Ø Pemanenan
Akhir dari kegiatan proses produksi
budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh sebab itu kegiatan
pemanenan hingga penanganan pascapanen harus dilakukan dengan memperhatikan
hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk
yang akan dihasilkan.
Rumput laut berumur 20 - 25 hari
dipanen untuk persiapan dijadikan bibit karena pada saat itu rumput
laut belum terlalu tua. Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk
dikeringkan maka sebaiknya pemanenan dilakukanpada saat rumput tersebut berumur
45 atau lebih karena pada umur tersebut kandungan karaginan
cukup tersedia. Jika pemanenan dan penjemuran
dilakukan pada cuaca cerah untuk mempermudah dalam proses penjemuran.
Pembudidaya yang memiliki usaha dalam
jumlah besar hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara
melepaskan tali bentangan yang berisikan rumput laut
siap panen. Rumput laut tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian
dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang
kemudian kedua ujung patok atas direntangkan sehingga membentuk huruf
Y. Setelah itu satu sampai dua ujung dari tali bentangan
yang berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan keantara kedua patok
tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur.
Ø Pengeringan
Penjemuran sebaiknya dilakukan selama 2 - 3
hari pada cuaca cerah(apabila cuaca mendung maka penjemuran dapat dilakukan
lebih dari 3 hari).
Panen
dilakukan setelah rumput laut dipelihara selama ± 45 hari. Panen dilakukan dengan cara mengangkat seluruh rumput
laut, sedangkan pelepasan
rumput laut dari tali bentangan dilakukan di darat. Penanaman kembali dilakukan
dengan memilih bagian ujung rumput laut yang masih muda dan bagian pangkal rumput
laut yang merupakan bagian yang tua dikeringkan karena memiliki kandungan
karaginan yang tinggi.jika sekiranya
bibit telah menacapi ukuran panen pada tiap satuan bentang dengan berat±50kg/bentangandengan hasil panen
rumput laut basah ± 12.500kg (asumsi± 20 gr/ikat bibit menjadi saat panen), kemudian di kurangi dengan
persediaan benih untuk musim tanam berikutnya sebanyak 1.250 kg. Maka hasil
panen basah yang siap untuk dikeringkan sebesar ±10.000 kg.
Penjemuran
rumput laut ini menggunakan alas berupa bambu dan waring untuk menghindari tercampurnya rumput laut hasil
panen dengan kotoran seperti pasir atau kerikil dan lain-lain. Setelah kering
dan bersih dari segala macam kotoran maka rumput laut dimasukkan kedalam karung
plastik untuk kemudian siap dijual atau disimpan di gudang. Proses penjemuran
dan penyimpanan sangat perlu mendapat perhatian, karena meskipun hasil panennya
baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik maka akan
mengurangi kualitas rumput laut.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Budidaya Rumput Laut Euchema cottoni dengan
menggunakan metode long line yang
diterapkan di Desa Bungaiya
telah lama dilakukan. Budidaya rumput laut yang dilakukan sekitar 45 hari
dengan penebaran 1.250 kg akan mengahasilkan panen sekitar 10.000 kg berat basah. Penjemuran
yang dilakukan oleh pembudidaya petani rumput laut menggunakan bambu yang beralaskan
waring hitam dan ada pula yang masih berhubungan langsung dengan tanah yang hanya beralaskan waring hitam
Saran
Sebaiknya perlu dilakukan pembinaan dalam peningkatan
kapasitas masyarakat baik dari segi teknis budidaya maupun dari segi penjemuran
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas rumput laut.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan,
LM. 2011. Strategi
Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru
Besar Dalam Bidang Budidaya. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan.
UNHALU. Kendari.
Aslan,L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Doty MS. 1985. Eucheuma alvarezii sp.nov (Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia.
Doty, M.S. 1987. Case study of seven commercial seaweed
resources. FAO, Rome.
Indriani,
H dan Suminarsih, E. 2003. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput
Laut. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Indriani, H., dan Sumiarsih, E. 1991. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.